Jumat, 19 April 2013

pemeriksaan bakteriologis pada air danau



LAPORAN PRAKTIKUM II
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS PADA AIR DANAU
UNIVERSITAS HASANUDDIN





BAGIAN KESEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesehatan manusia dipengaruhi oleh lingkungan dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang atau dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan.
Air merupakan salah satu komponen lingkungan yang pada dasarnya semua makhluk hidup di dunia ini sangat menggantungkan hidupnya pada air. Untuk manusia, air selain sebagai konsumsi makan dan minum juga diandalkan untuk keperluan pertanian, industri dan lain – lain.
Salah satu sumber air  bagi makhluk hidup yang ada sampai sekarang ini adalah danau. Air yang berasal dari danau merupakan air yang diam dan tersimpan dalam waktu yang cukup lama. Air jenis ini biasanya mengandung sisa-sisa pembusukan dialam seperti pembusukan akar-akar, rumput-rumput serta mengandung alga, fungi dan jasad-jasad renik lainnya. perlu diperhatikan adanya kandungan tanin dan lignin didalam air danau sebagai sisa pembusukan rumput-rumputan dan akar kayu-kayuan. Air yang berasal dari laut mengandung garam-garam dalam kadar yang cukup tinggi (Kusnoputranto & Susanna, 2005)
Selain itu, keberadaan kawasan pemukiman atau industri di sekitar danau akan  menimbulkan pencemaran  dan penurunan kualitas dari air danau tersebut. Ini dikarenakan pengelolaan limbah domestik maupun industri yang tidak baik. Limbah yang dihasilkan baik domestik maupun industri masuk ke badan air melalui aliran air dalam tanah (interflow) maupun di permukaan (run off). Limbah domestik yang memiliki kadar BOD yang cukup tinggi dapat mencemari air danau melalui rembesan air dalam tanah. Ini menyebabkan kadar BOD dalam air danau akan meningkat. Nilai BOD yang tinggi menunjukkan aktivitas dekomposisi kandungan bahan organik yang tinggi dalam perairan yang dilakukan oleh bakteri/mikroorganisme.
            Pada dasarnya bakteri yang hidup di dalam air dibedakan atas bakteri patogen dan non-patogen. Bakteri patogen yang hidup di dalam air dapat menyebabkan penyakit atau gangguan kesehatan. Beberapa contohnya adalah Salmonella thyposa, Shigella dysenteriae, Vibrio colerae, Salmonella parathypi, Salmonella thypi. Untuk bakteri non-patogen terdiri atas golongan bakteri Coliform, Fecal streptococci, Iron bakteri, Actinomycetes (Purbowarsito, 2011).
Tingginya kandungan bakteri dalam suatu badan air akan menurunkan kualitas air tersebut dan keberadaan bakteri Coliform menjadi salah satu  indikator adanya pencemaran pada badan air dalam hal ini adalah danau sebagai salah satu sumber air yang masih dimanfaatkan. Salah satu contohnya, yaitu E. coli.  E.coli dapat menyebabkan penyakit pada manusia seperti diare (Astawan, 2007 dalam Mahdi & Hadi, 2011) di mana sampai tahun 2001 diare masih merupakan penyebab kematian bayi ketiga di Indonesia (ISSDP, 2006 dalam Mahdi & Hadi, 2011).
Namun, untuk mendapatkan kemantapan hasil analisis, perlu dilakukan analisis bakteri Coliform tinja sebagai indikator untuk uji pembuktian/pelengkap adanya kontaminasi tinja manusia (Ane, 2013). Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologis air pada danau guna mengetahui tingkat cemaran terkhusus cemaran oleh bakteri golongan coli.
B.     Tujuan Percobaan
Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui keberadaan Coliform pada air danau Universitas Hasanuddin.
2.      Untuk mengetahui jumlah fecal coli pada air danau Universitas Hasanuddin.
C.    Prinsip Percobaan
1.      Untuk menghindari kontaminasi, peralatan harus disterilkan sebelum digunakan.
2.      Sebelum dan sesudah mengambil sampel air dari botol sampel, pipet harus diplumbir terlebih dahulu.
3.      Harus menggunakan pakaian yang bersih selama melakukan percobaan.
4.  Agar tidak terjadi kontaminasi, sumber-sumber yang potensial menjadi kontaminan harus diidentifikasi dan sedapat mungkin dihindari.
5.      Rentang waktu pada saat pengambilan sampel hingga dilakukan percobaan tidak boleh lebih dari 1 x 24 jam.
6.      Saat melakukan pemindahan sampel ke dalam tabung peragihan, tidak boleh jauh dari pembakar bunsen.
7.    Pencampuran antara sampel dengan media (kaldu laktosa dan cairan BGLB) harus terjadi dengan sempurna.
8.  Jika dalam waktu 2x24 jam terdapat gelembung gas dalam tabung, tes dinyatakan positif. Sebaliknya bila tidak ditemukan gelembung gas maka tes dikatakan negatif.

BAB  II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Umum Tentang Air Bersih
Air merupakan sumber daya alam yang dapat memenuhi hajat hidup orang banyak, oleh sebab itu perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi hidup dan  kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Hal ini berarti bahwa pemanfaatan  air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Namun, sebagai akibat dari pesatnya proses pembangunan di segala bidang, baik bidang pertanian, peternakan, industri dan lain-lain, serta laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat seringkali pemanfaatan air tidak lagi dilakukan sebagaimana mestinya. Hal ini memberikan dampak negatif yang tidak sedikit yaitu mempengaruhi baik sifat fisik maupun sifat kimia air, sehingga menurunkan kualitas air (Widyatmanti & Natalia, 2006).
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari yang kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air permandian adalah air yang digunakan pada tempat-tempat permandian bagi umum tidak termasuk untuk pengobatan tradisional dank loam renang, yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan (Permenkes RI No. 416 Tahun 1990).
Klasifikasi mutu air menurut peraturan RI nomor 82 tahun 2001  tentang   Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu :
1.   Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
2.   Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3.   Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Air merupakan media yang paling baik untuk berkembangnya mikroorganisme, khususnya bakteri yang berbahaya bagi tubuh. Air sangat mudah tercemar oleh bahan-bahan organik maupun anorganik dan jasad renik. Oleh karena itu, air harus memenuhi persyaratan fisik sebagai berikut (Suyono & Budiman, 2011):
1.         Syarat fisik
a.         Tidak berbau
b.        Tidak berwarna
c.         Tidak berasa
d.        Terasa segar
2.         Syarat kimia
a.         Derajat keasaman (pH) antara 6,5-9,2
b.        Tidak boleh ada zat kimia berbahaya dan beracun, kalaupun ada, jumlahnya harus sedikit sekali.
c.         Unsur kimiawi yang diizinkan tidak boleh melebihi standar yang telah ditentukan.
d.        Unsur kimiawi yang disyaratkan mutlak harus ada dalam air.
3.         Syarat bakteriologis
a.         Tidak ada bakteri maupun virus berbahaya (patogen) dalam air.
b.        Bakteri yang tidak berbahaya, namun menjadi indikator pencemaran tinja (bakteri Coliform) harus negatif.
4.               4.    Syarat radioaktivitas: tidak ada zat radiasi berbahaya dalam air.
B.     Tinjauan Umum Tentang Danau
Danau merupakan cekungan yang terjadi karena peristiwa alami atau sengaja dibuat manusia untuk menampung dan menyimpan air yang berasal dari air hujan, mata air dan air sungai (Utoyo, 2006). Menurut Departemen Permukiman dan Prasaraana Wilayah Direktorat Jendral Penataan Ruang, danau  adalah wadah genangan air di atas permukaan tanah yang berbentuk secara alamiah dan atau air permukaan sebagai siklus hidrologi, dan merupakan salah satu bagian yang berperan potensial dalam kawasan lindung.
Pada dasarnya danau memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi ekologi dan sosial-ekonomi-budaya. Fungsi ekologi danau adalah pengatur tata air, pengendali banjir, unsur hara dan bahan pencemar. Fungsi sosial-ekonomi-budaya danau adalah memenuhi keperluan hidup manusia, antara lain untuk air minum dan kebutuhan sehari-hari, sarana transportasi, keperluan pertanian, tempat sumber protein, industri, pembangkit tenaga listrik, estetika, rekreasi, dan industri pariwisata.
Selain itu, danau juga berfungsi untuk mengatur sistem hidrologi yaitu dengan menyeimbangkan aliran air antara hulu dan hilir sungai, serta memasok air ke kantung–kantung air lain seperti akuifer (air tanah), sungai dan persawahan. Dengan demikian danau dapat mengendalikan dan meredam banjir pada musim hujan, serta menyimpannya sebagai cadangan pada musim kemarau (KLH, 2011).
Umumnya perairan danau selalu menerima masukan air dari daerah tangkapan air di sekitar danau, sehingga perairan danau cenderung menerima bahan–bahan terlarut yang terangkut bersamaan dengan air yang masuk. Oleh karena itu konsentrasi zat–zat yang terdapat di danau merupakan resultan dari zat-zat yang berasal dari aliran air yang masuk.
Terdapat berbagai ancaman penyebab kerusakan ekosistem danau baik secara alami maupun akibat aktivitas manusia. Penyebab kerusakan secara alami, misalnya banjir, gempa bumi, dan vulkanik. Sedangkan ancaman kerusakan yang disebabkan aktivitas manusia, misalnya sedimentasi, pencemaran (limbah rumah tangga, limbah pertanian, dan limbah industri), pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan, memasukkan spesies eksotik, konversi lahan, perubahan sistem hidrologi, serta pembangunan pemukiman (Utoyo, 2006).
Sumber pencemaran yang masuk ke badan perairan, dibedakan atas pencemaran yang disebabkan oleh alam dan pencemaran karena kegiatan manusia. Sumber bahan pencemar yang masuk ke perairan dapat berasal dari buangan yang diklasifikasikan sebagai: (1) point source discharges (sumber titik) dan (2) non point source (sumber menyebar). Sumber titik atau sumber pencemaran yang dapat diketahui secara pasti dapat merupakan suatu lokasi tertentu seperti dari air buangan industry maupun domestik serta saluran drainase.
Pencemar bersifat lokal dan efek yang diakibatkan dapat ditentukan berdasarkan karakteristik spasial kualitas air. Sedangkan sumber pencemar yang berasal dari sumber menyebar berasal dari sumber yang tidak diketahui secara pasti. Pencemar masuk ke perairan melalui run off (limpasan) dari permukaan tanah wilayah pertanian yang mengandung pestisida dan pupuk, atau limpasan dari daerah permukiman dan perkotaan (KLH, 2011).
Bahan pencemar yang terdapat dalam air limbah dapat berupa bahan terapung, padatan tersuspensi atau padatan terlarut. Selain itu, air limbah juga dapat mengandung mikroorganisme seperti virus, bakteri dan protozoa. Komposisi air limbah domestik sangat bervariasi tergantung pada tempat, sumber dan waktu (Suyono & Budiman, 2011)
Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air menyatakan bahwa, pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahkluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas perairan turun sampai pada tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Peraturan ini menyatakan bahwa pencemaran harus ditanggulangi dan penanggulangannya adalah merupakan kewajiban semua pihak.
Sesuai dengan UU. No. 7 Tahun  2004 tentang Sumber Daya Air, yang terdiri 3 komponen utama yaitu konservasi, pemanfaatan dan pengendalian daya rusak air. Waduk embung, situ dan danau yang merupakan sumber daya air telah banyak banyak mengalami penurunan fungsi dan kerusakan ekosistem.  Hal ini disebabkan oleh karena pengelolaan waduk/danau yang banyak mengalami kendala.
Sumber air danau dapat berasal dari berbagai sumber. Adapun sumber-sumber air danau terdiri dari (KLH, 2011):
a.       Air sungai yang mengalir ke dalam basin dan sebagai inflow.
b.      Air yang berasal dari hasil pencaraian salju dan es
c.       Air hujan yang tertangkap langsung oleh basin danau tersebut.
d.      Air dari aliran permukaan (over land flow) yang berasal dari air hujan yang berasal dari air hujan yang jatuh
e.       Air yang berasal dari dalam tanah (air tanah) yang permukaannya lebih tinggi dari pada permukaan air danau sehingga mengalir ke dalam danau
f.       Air yang berasal dari mata air atau spring yang masuk ke danau tersebut.
Volume air danau selalu mengikuti perubahan musim. Pada danau alam, ketinggian permukaan air maksimum di capai pada musim penghujan. Sebaliknya, ketinggian air minimum di capai pada musim kemarau. Berbeda dengan danau buatan manusia yang memiliki pintu air sehingga ketinggian permukaan air dapat diatur sedemikian rupa seperti kepentingannya.
C.    Tinjauan Umum Tentang Bakteri Coliform
Bakteri Coliform merupakan jenis bakteri yang berasal dari saluran pencernaan manusia (terdapat pada tinja) dan paling tinggi tingkat ketahanan hidupnya dibandingkan jenis bakteri lainnya. Apabila bakteri Coliform ditemukan dalam jumlah besar pada air, menandakan bahwa air tersebut mengalami pencemaran. Bakteri Coliform berbentuk batang, ada yang bersifat aerob maupun anaerob, tidak membentuk spora, bersifat gram negatif, dan mampu meragikan lactose dengan membentuk gas dalam waktu 2 x 24 jam pada suhu 35 oC (Ane, 2013).
Contoh bakteri Coliform adalah E. coli dan Klebsiella aerogeus. Keberadaan E. coli pada sumber air mengindikasikan bahwa pasti terjadi kontaminasi oleh tinja manusia dan berarti bahwa air tersebut tercemar. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), syarat E. coli pada air minum adalah 0 (nol) koloni per 100 ml. Semakin tinggi tingkat kontaminasi E. coli semakin tinggi pula resiko kehadiran bakteri patogen lainnya yang biasa hidup dalam kotoran manusia yang dapat menyebabkan diare (Suprihatin, 2004 dalam Boekoesoe, 2010).
E.  coli  mempunyai bentuk batang pendek, gram negatif, tidak berspora, ukuran 0,4 – 0,7 mikron, sebagian besar gerak positif dengan flagel peritrich dan mempunyai kapsul. E. coli merupakan flora normal saluran pencernaan dan merupakan salah satu kuman yang menghasilkan indol positif dan tergolong kuman yang cepat meragi laktosa.
E. coli  memiliki beberapa antigen, yaitu (1) antigen O (somatic) yang bersifat tahan panas atau termostabil, dan terdiri dari lipopolisakarida yang mengandung glukosamin dan terdapat pada dinding sel bakteri gram negative; (2) antigen H (flagel) yang bersifat tdak tahan panas atau termolabil dan akan rusak pada suhu 100°C; (3) antigen K (kapsul). Antigen ini terdapat pada permukaan luar bakteri, terdiri dari polosakarida dan bersifat tidak tahan panas (Purbowarsito, 2011).
Ada beberapa alasan mengapa bakteri Coliform dipilih sebagai indikator terjadinya kontaminasi tinja manusia dibandingkan bakteri patogen lainnya di saluran pencernaan manusia antara lain (Chandra, 2007):
   1.    Jumlah bakteri Coliform cukup banyak dalam usus manusia. Sekitar 200-400 miliar bakteri ini dikeluarkan melalui tinja setiap harinya. Karena jarang ditemukan pada air, keberadaan bakteri patogen ini menunjukkan bahwa adanya kontaminasi tinja manusia.
     2.    Bakteri Coliform lebih mudah dideteksi dibandingkan bakteri patogen lainnya.
   3. Bakteri Coliform lebih tahan hidup pada kondisi yang tidak menguntungkan dibandingkan bakteri patogen lainnya.
   4. Bakteri Coliform resisten terhadap purifikasi air secara alamiah. Karena itu, jika bakteri Coliform ditemukan pada sampel air, dapat disimpulkan bahwa bakteri patogen lainnya yang terdapat dalam usus manusia juga ditemukan pada sampel air tersebut, meskipun dalam jumlah sedikit.
Berdasarkan ketetapan Permenkes No. 416/MENKES/PER/IX/1990 bahwa total Coliform yang diperbolehkan pada air bukan perpipaan dalah maksimum 50 MPN/100 ml, sedangkan pada air perpipaan adalah maksimum 10 MPN/100 ml.
Penyakit – penyakit yang ditimbulkan oleh kuman  E.  coli  adalah infeksi saluran kemih mulai dari sistitis sampai pielofritis, infeksi ini dapat terjadi akibat sumbatan saluran kemih karena adanya pembesaran prostat, baru dan kehamilan. Infeksi piogenik seperti infeksi luka, peritoritis, kolesistis dan meningitis, epidemic diarchea pada bayi dan neonates (Hastomo, 2010).
D.    Tinjauan Umum Tentang Medium Pertumbuhan
Medium pertumbuhan mikroorganisme merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi dalam medium untuk menyusun komponen sel dirinya.  Dalam pembuatan medium pertumbuhan perlu dilakukan sterilisasi dan menerapkan aseptis untuk menghindari kontaminasi pada medium. Dua jenis medium dapat dibedakan berdasarkan komponen dasar yang pembentuknya, yaitu  (Bapelkes Cikarang, 2012):
1.         Medium kompleks
Medium ini terbuat dari bahan alami yang komposisinya tidak diketahui secara pasti. Komposisi medium ini terdiri atas hasil penguraian (ekstrak) berbagai jenis jaringan tumbuhan /daging /ragi yang kaya akan polipeptida, asam amino, vitamin dan mineral.
2.   Medium yang tersusun dari bahan kimia tertentu
Medium ini dibuat dari beberapa jenis bahan kimia dengan konsentrasi tertentu. Bahan kimia yang digunakan berasal dari:
a.         Sumber C : glukosa, dekstrosa, dan sukrosa
b.        Sumber N : NH4NO3, NH4Cl, dan urea
c.         Sumber P : KH2PO4
d.        Sumber vitamin
e.         Sumber mineral : Fe, Mn, dan S
Adapun media pertumbuhan pada pemeriksaan bakteriologis air adalah sebagai berikut:
1.         Media Laktosa
Laktosa adalah karbohidrat yang hanya terdapat dalam susu. Laktosa dibutuhkan oleh beberapa spesies bakteri. Beberapa bakteri ada yang mampu memfermentasi laktosa dan beberapa laktosa. Fermentasi laktosa menghasilkan asam (Nuryanto, 2011).
2.         Media Brilliant Green Lactose Broth (BGLB)
Media BGLB merupakan media yang akan berwarna hijau metalik jika terdapat reaksi fermen dengan media. Warna ini berasal dari adanya koloni Coliform yang bereaksi dengan BGLB. merupakan bakteri fermentasi, seringkali menghasilkan warna hijau metalik mengkilap. Bakteri yang menfermentasi dengan lambat akan menghasilkan koloni berwarna merah muda. Larutan BGLB terbuat dari (Purbowarsito, 2011):
a.       Peptone 10 g
b.      Laktosa 10 g
c.       Oxgall 20 g
d.      Brilliant green 0,0133 g
e.       Aquades 1 liter
E.     Tinjauan Umum Tentang Most Probable Numbers (MPN)
Most Probable Numbers (MPN) adalah suatu metode enumerasi mikroorganisme yang menggunakan data dari hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam seri tabung yang ditanam dari sampel padat atau cair yang ditanam berdasarkan jumlah sampel atau diencerkan menurut tingkat seri tabungnya sehingga dihasilkan kisaran jumlah mikroorganisme yang diuji dalam nilai MPN/satuan volume atau massa sampel. Misalnya dengan larutan yang berisi 1.000 sel/ml, diencerkan 10 kali menjadi larutan yang berisi 100 sel/ml. Lalu diencerkan lagi 10 kali, sehingga jumlah sel adalah 10 sel/ml, dan diencerkan 10 kali lagi, sehingga hanya terdapat 1 sel/ml, dan diencerkan lagi 10 kali tinggal 0,1 sel/ml (Hastomo, 2010).
Pengujian air untuk pemeriksaan bakteriologis air dilakukan dalam beberapa tingkatan antara lain sebagai berikut (Ane, 2013):
1.         Uji Perkiraan (Presumptive Test)
Uji perkiraan merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui apakah sampel air mengandung bakteri.  Jika terbentuk gelembung pada tabung peragian (tabung media laktose) setelah inkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 35 oC, terdapat indikasi bahwa sampel air mengandung bakteri jenis Coliform. Untuk lebih memastikan bahwa yang terdapat pada sampel air adalah bakteri Coliform, perlu dilakukan uji penegasan ke dalam media Brilliant Green Lactose Broth (BGLB). Jika dalam media tersebut terbentuk gas, sampel air benar-benar positif mengandung bakteri Coliform.
2.         Uji Penegasan (Confirmed Test)
Uji penegasan merupakan uji lanjutan dari uji perkiraan pada tabung media laktosa yang positif mengandung gelembung. Pada uji penegasan, digunakan media Brilliant Green Lactose Broth (BGLB). Jika dalam media tersebut terbentuk gas setelah inkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 35 oC, sampel air benar-benar positif mengandung bakteri Coliform. Untuk mendapatkan kemantapan hasil analisis, perlu dilanjutkan ke uji pelengkap.

3.         Uji Pelengkap (Completed Test)
Uji pelengkap merupakan uji terakhir yang dijadikan indikator untuk membuktikan adanya kontaminasi tinja manusia pada sampel air. Pada uji ini, dilakukan analisis bakteri Coliform tinja (bakteri fecal) melalui perhitungan Most Probable Number (MPN). MPN ditentukan dengan mencocokkan tabel Hoskin J.K dan hasilnya dinyatakan dalam MPN Coliform/100 ml air (Sartika, 2005).
Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk koloni (colony forming unit) dalam sampel. Namun, pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Jadi misalnya terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air, artinya dalam sampel air tersebut diperkirakan setidaknya mengandung 10 Coliform pada setiap gramnya. Makin kecil nilai MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak minum. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi (Hastomo, 2010).

 
BAB  III
METODE PERCOBAAN
A.    Alat dan Bahan
1.                  Alat
a.         Botol sampel                                                                    1 buah
b.         Tabung reaksi                                                                   9 buah
c.         Pembakar Bunsen                                                                        1 buah
d.        Tabung Durham                                                               9 buah
e.         Pipet                                                                                 1 buah
f.          Rak tabung                                                                       1 buah
g.         Ose (wire loop)                                                                1 buah
h.         Bulp                                                                                  1 buah
i.           Inkubator                                                                         1 unit
j.           Korek api                                                                         1 buah
2.                  Bahan
a.       Air sampel                                                             200 ml
b.      Tissue                                                                                secukupnya
c.       Kaldu laktosa pekat                                                          6 ml/tabung
d.      Kaldu laktosa encer                                                          10 ml/tabung
e.       Larutan Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB)       6 ml/tabung
f.       Alkohol                                                                             secukupnya
g.      Kapas                                                                                secukupnya
h.      Kertas label                                                                       secukupnya
B.     Waktu dan Tempat Pengembilan Sampel
1.      Waktu             : Rabu,  6 Maret pukul 10.30 WITA.
2.      Tempat            : Danau Universitas Hasanuddin Kota Makassar.
3.      Prosedur Kerja
1.      Pengambilan Sampel
a.       Tali dan kertas penutup botol sampel dilepas dari botol sampel.
b.      Botol sampel yang sebelumnya telah distrerilkan dengan memberi alkohol di sekitar mulut botol, dibuka.
c.       Botol sampel dimasukkan ke dalam air danau sampai kedalaman 20 cm dengan mulut  botol menghadap ke atas. Arah mulut botol berlawanan dengar arah arus air. Jarak dari pinggir danau adalah sejauh 3 meter.
d.      Botol sampel yang telah diisi ditutup kembali, kemudian dibungkus dengan kertas penutup lalu diikat kembali.
2.      Uji Perkiraan
a.       Tangan dan  meja tempat kerja disterilkan dengan menggunakan alkohol.
b.      Penutup botol sampel dibuka dan mulut botol sampel diplumbir.
c.       Disiapkan 9 tabung media laktosa yang berisi tabung durham, dengan perbandingan 3:10 ml, 3:1 ml, dan 3:0,1 ml.
d.      Pipet ukur dan mulut tabung media laktosa diplumbir setiap memindahkan sampel air.
e.       Dengan menggunakan pipet ukur, sampel air dipindahkan ke dalam tabung media laktosa sesuai dengan kadar perbandingan.
f.       Masing-masing tabung dihomogenkan agar sampel air dan kaldu laktosa bercampur rata, diusahakan sampel air jangan sampai menyentuh kapas penyumbat.
g.      Masing-masing tabung diletakkan pada rak tabung dan kemudian dimasukkan ke dalam inkubator dengan temperatur 35 oC selama 2 x 24 jam.
h.      Setelah 2 x 24 jam, tabung dikeluarkan dari inkubator dan diamati, tabung durham yang memiliki gelembung dinyatakan positif dan dilanjutkan dengan uji penegasan.
3.      Uji Penegasan
a.       Tangan dan tempat kerja disterilkan dengan menggunakan alkohol.
b.      Sampel dikeluarkan dari inkubator.
c.       Setiap sampel di dalam tabung durham diamati, tabung yang tidak mengandung gelembung gas dipisahkan, sedangkan tabung yang mengandung gelembung gas diambil untuk uji penegasan.
d.      Disiapkan tabung yang berisi  Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB).
e.       Pembakar bunsen dinyalakan.
f.       Disiapkan ose.
g.      Sebelum digunakan, terlebih dahulu ose diplumbir. Jika ose terlalu panas maka didinginkan sebelum dicelupkan kedalam tabung. Tujuannya agar bakteri yang ada pada sampel tidak mati karena panas. Kemudian ose dicelupkan kedalam sampel sebanyak 2 kali, lalu dicelupkan lagi ke tabung yang berisi BGLB. Sebelum ose dicelupkan maka tabung BGLB diplumbir terlebih dahulu. Begitupun sesudah dicelupkan, mulut tabung diplumbir kembali dan ditutup dengan kapas. Selama memindahkan sampel, ose dan tabung BGLB tidak boleh jauh dari pembakar bunsen.
h.      Tabung yang berisi BGLB kemudian dihomogenkan.
i.        Setelah semua tabung BGLB berisi sampel yang positif mengandung Coliform, selanjutnya diletakkan pada rak tabung dan dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 35oC  selama 2 x 24 jam.
j.        Setelah 2 x 24 jam, tabung dikeluarkan dari inkubator dan diamati, tabung durham yang memiliki gelembung dinyatakan positif dan dilanjutkan dengan perhitungan jumlah bakteri.


BAB  IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan di Laboratorium Terpadu FKM Universitas Hasanuddin, maka diperoleh hasil pemeriksaan bakteriologis pada air danau Universitas Hasanuddin sebagai berikut :
Tabel  1
Hasil Pemeriksaan Bakteriologis
pada Air Danau Universitas Hasanuddin Kota Makassar

Nama Tabung
Uji perkiraan
Uji penegasan
Tabung 10 ml :
I
II
III

+
+
+

+
+
+
Tabung 1 ml :
I
II
III

-
-
-

-
-
-
Tabung 0,1 ml :
I
II
III

-
+
+

-
+
+
    Sumber : Data Primer, 2013
Ket : + (positif mengandung bakteri golongon coli)
         - (negatif mengandung bakteri golongon coli)
B.     Pembahasan
1.      Uji Perkiraan
Pada uji perkiraan ini diperoleh bahwa ada 5 tabung yang mengalami perubahan media (memiliki gelembung). Gelembung gas yang terbentuk merupakan hasil dari peragian laktosa yang dilakukan oleh bakteri. Hal ini menunjukkan bahwa kelima tabung tersebut positif mengandung bakteri Coliform.
Sampel pada percobaan ini adalah air danau Universitas Hasanuddin. Diketahui bahwa danau merupakan salah sumber air yang memiliki tingkat pencemaran yang tinggi. Dari hasil pemeriksaan di dapatkan bahwa air danau Universitas Hasanuddin mengandung bakteri Coliform. Keberadaan bakteri Coliform pada air danau Universitas Hasanuddin menandakan bahwa air danau tersebut telah mengalami pencemaran secara biologis. Hal ini didukung oleh letak danau yang dekat dengan kegiatan pertanian (pemupukan), rumah sakit, saluran pembuangan dari perkantoran dan gedung lainnya serta dekat dengan pemukiman padat penduduk.
2.      Uji Penegasan
Setelah memastikan bahwa pada 5 tabung sampel air danau Universitas Hasanuddin mengandung bakteri Coliform maka dilakukan lagi uji penegasan untuk membuktikan ada tidaknya bakteri fecal coli yang terkandung di dalam air danau tersebut. Berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan bahwa kelima-limanya terdapat gelembung pada tabung durham, sehingga dapat dinyatakan bahwa air danau unhas positif mengandung bakteri fecal coli.
Keberadaan bakteri fecal coli merupakan indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Hal ini sangat erat kaitannya dengan letak danau yang berada di sekitar pemukiman padat penduduk serta saluran pembuangan limbah dari rumah sakit maupun dari perkantoran.
Tercemarnya air danau Universitas Hasanuddin juga ditandai dengan banyaknya tanaman eceng gondong di sekitar danau sebagai bentuk bahwa danau tersebut memiliki air yang tidak jernih (keruh) dengan unsur hara yang tinggi akibat tingginya tingkat pencemaran limbah cair ataupun padat.
Air danau tidak memiliki aliran atau diam dan tersimpan dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengandung sisa-sisa pembusukan dialam seperti pembusukan akar-akar, rumput-rumput serta mengandung alga, fungi dan jasad-jasad renik lainnya. Hal tersebut menandakan bahwa tingginya aktivitas dekomposisi bahan organik yang dilakukan oleh bakteri pada danau.
3.      Perhitungan Jumlah Bakteri
Hasil dari perhitungan jumlah bakteri dengan melihat tabel MPN / JPT adalah adalah 64 MPN/100 ml maka terdapat nilai MPN 64/gram dalam setiap sampel air. Artinya bahwa dalam sampel air tersebut diperkirakan setidaknya mengandung 64 Coliform pada setiap gramnya.
Makin kecil nilai MPN, maka kualitas air tersebut makin tinggi. Berdasarkan Permenkes No. 416/MENKES/PER/IX/1990 bahwa total Coliform yang diperbolehkan pada air bukan perpipaan adalah maksimum 50 MPN/100 ml. Hal ini menunjukkan bahwa total Coliform yang terkandung pada air danau Universitas Hasanuddin  melampaui ambang batas, sehingga tidak layak digunakan sesuai peruntukannya.


















BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis pada air danau Universitas Hasanuddin, diketahui bahwa:
1.    Air danau Universitas hasanuddin positif mengandung bakteri Coliform dan setelah dilakukan uji penegasan didapatkan hasil bahwa pada air danau Universitas Hasanuddin mengandung bakteri fecal coli.
2.     Berdasarkan hasil perhitungan jumlah bakteri maka didapatkan total Coliform yang terkandung pada air danau Universitas Hasanuddin adalah 64 MPN/100 ml.
B.     Saran
1.      Dalam melakukan percobaan, untuk mendapatkan hasil yang akurat maka dibutuhkan ketelitian dan penguasaan materi oleh praktikan.
2.      Kepada mahasiswa, disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait pemeriksaan bakteriologis pada air, khususnya pada air danau yang sebagian  masyarakat masih mengkonsumsi ikan yang berasal dari danau.
3.      Kepada tim pengajar, sebelum praktikum dimulai, disarankan untuk memberikan pengantar atau dasar teori tentang yang akan dipraktikkan.
4.      Kepada masyarakat, diharapkan tidak membuang limbah rumah tangga ke danau agar tidak mencemari danau yang sebagian besar masih ikan di danau Universitas Hasanuddin dikonsumsi oleh masyarakat.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar