LAPORAN
PRAKTIKUM II
PEMERIKSAAN
BAKTERIOLOGIS PADA
AIR
DANAU
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
BAGIAN
KESEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi
kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesehatan manusia dipengaruhi oleh
lingkungan dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang atau
dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan.
Air merupakan salah satu komponen
lingkungan yang pada dasarnya semua makhluk hidup di dunia ini sangat
menggantungkan hidupnya pada air. Untuk manusia, air selain sebagai konsumsi
makan dan minum juga diandalkan untuk keperluan pertanian, industri dan lain –
lain.
Salah satu sumber air bagi makhluk hidup yang ada sampai sekarang
ini adalah danau. Air yang berasal dari danau merupakan air yang diam dan
tersimpan dalam waktu yang cukup lama. Air jenis ini biasanya mengandung
sisa-sisa pembusukan dialam seperti pembusukan akar-akar, rumput-rumput serta
mengandung alga, fungi dan jasad-jasad renik lainnya. perlu diperhatikan adanya
kandungan tanin dan lignin didalam air danau sebagai sisa pembusukan
rumput-rumputan dan akar kayu-kayuan. Air yang berasal dari laut mengandung
garam-garam dalam kadar yang cukup tinggi (Kusnoputranto & Susanna, 2005)
Selain itu, keberadaan kawasan pemukiman
atau industri di sekitar danau akan menimbulkan
pencemaran dan penurunan kualitas dari
air danau tersebut. Ini dikarenakan pengelolaan limbah domestik maupun industri
yang tidak baik. Limbah yang dihasilkan baik domestik maupun industri masuk ke
badan air melalui aliran air dalam tanah (interflow)
maupun di permukaan (run off). Limbah
domestik yang memiliki kadar BOD yang cukup tinggi dapat mencemari air danau
melalui rembesan air dalam tanah. Ini menyebabkan kadar BOD dalam air danau
akan meningkat. Nilai BOD yang tinggi menunjukkan aktivitas dekomposisi
kandungan bahan organik yang tinggi dalam perairan yang dilakukan oleh
bakteri/mikroorganisme.
Pada dasarnya bakteri yang hidup di
dalam air dibedakan atas bakteri patogen dan non-patogen. Bakteri patogen yang
hidup di dalam air dapat menyebabkan penyakit atau gangguan kesehatan. Beberapa
contohnya adalah Salmonella thyposa, Shigella dysenteriae, Vibrio colerae,
Salmonella parathypi, Salmonella thypi. Untuk bakteri non-patogen terdiri
atas golongan bakteri Coliform, Fecal streptococci, Iron bakteri,
Actinomycetes (Purbowarsito, 2011).
Tingginya kandungan bakteri dalam suatu
badan air akan menurunkan kualitas air tersebut dan keberadaan bakteri Coliform menjadi salah satu indikator adanya pencemaran pada badan air dalam
hal ini adalah danau sebagai salah satu sumber air yang masih dimanfaatkan. Salah satu contohnya, yaitu E. coli. E.coli dapat menyebabkan penyakit pada
manusia seperti diare (Astawan, 2007 dalam Mahdi & Hadi, 2011) di mana
sampai tahun 2001 diare masih merupakan penyebab kematian bayi ketiga di
Indonesia (ISSDP, 2006 dalam Mahdi & Hadi, 2011).
Namun, untuk mendapatkan
kemantapan hasil analisis, perlu dilakukan analisis bakteri Coliform tinja sebagai indikator untuk
uji pembuktian/pelengkap adanya kontaminasi tinja manusia (Ane, 2013).
Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologis air pada
danau guna mengetahui tingkat cemaran terkhusus cemaran oleh bakteri golongan coli.
B.
Tujuan
Percobaan
Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan yang
ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui keberadaan Coliform pada
air danau Universitas Hasanuddin.
2. Untuk
mengetahui jumlah fecal coli pada air
danau Universitas Hasanuddin.
C.
Prinsip
Percobaan
1. Untuk
menghindari kontaminasi, peralatan harus disterilkan sebelum digunakan.
2.
Sebelum dan sesudah mengambil sampel air
dari botol sampel, pipet harus diplumbir terlebih dahulu.
3. Harus
menggunakan pakaian yang bersih selama melakukan percobaan.
4. Agar tidak terjadi kontaminasi,
sumber-sumber yang potensial menjadi kontaminan harus diidentifikasi dan
sedapat mungkin dihindari.
5.
Rentang waktu pada saat pengambilan
sampel hingga dilakukan percobaan tidak boleh lebih dari 1 x 24 jam.
6.
Saat
melakukan pemindahan sampel ke dalam tabung peragihan, tidak boleh jauh dari
pembakar bunsen.
7. Pencampuran
antara sampel dengan media (kaldu laktosa dan cairan BGLB) harus terjadi dengan sempurna.
8. Jika
dalam waktu 2x24 jam terdapat gelembung gas dalam tabung, tes dinyatakan
positif. Sebaliknya bila tidak ditemukan gelembung gas maka tes dikatakan
negatif.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan
Umum Tentang Air Bersih
Air merupakan
sumber daya alam yang dapat memenuhi hajat hidup orang banyak, oleh sebab itu
perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup
lainnya. Hal ini berarti bahwa pemanfaatan
air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan
memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Namun,
sebagai akibat dari pesatnya proses pembangunan di segala bidang, baik bidang
pertanian, peternakan, industri dan lain-lain, serta laju pertumbuhan penduduk
yang sangat cepat seringkali pemanfaatan air tidak lagi dilakukan sebagaimana
mestinya. Hal ini memberikan dampak negatif yang tidak sedikit yaitu
mempengaruhi baik sifat fisik maupun sifat kimia air, sehingga menurunkan
kualitas air (Widyatmanti & Natalia, 2006).
Air bersih
adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari yang kualitasnya
memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air
permandian adalah air yang digunakan pada tempat-tempat permandian bagi umum
tidak termasuk untuk pengobatan tradisional dank loam renang, yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan (Permenkes RI No. 416 Tahun 1990).
Klasifikasi mutu
air menurut peraturan RI nomor 82 tahun 2001
tentang Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Ditetapkan
menjadi 4 (empat) kelas yaitu :
1. Kelas satu, air yang
peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan
lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
2. Kelas dua, air yang
peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
3. Kelas tiga, air yang
peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4.
Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Air merupakan media
yang paling baik untuk berkembangnya mikroorganisme, khususnya bakteri yang
berbahaya bagi tubuh. Air sangat mudah tercemar oleh bahan-bahan organik maupun
anorganik dan jasad renik. Oleh karena itu, air harus memenuhi persyaratan
fisik sebagai berikut (Suyono & Budiman, 2011):
1.
Syarat fisik
a.
Tidak berbau
b.
Tidak berwarna
c.
Tidak berasa
d.
Terasa segar
2.
Syarat kimia
a.
Derajat keasaman
(pH) antara 6,5-9,2
b.
Tidak boleh ada
zat kimia berbahaya dan beracun, kalaupun ada, jumlahnya harus sedikit sekali.
c.
Unsur kimiawi
yang diizinkan tidak boleh melebihi standar yang telah ditentukan.
d.
Unsur kimiawi
yang disyaratkan mutlak harus ada dalam air.
3.
Syarat
bakteriologis
a.
Tidak ada
bakteri maupun virus berbahaya (patogen) dalam air.
b.
Bakteri yang
tidak berbahaya, namun menjadi indikator pencemaran tinja (bakteri Coliform) harus negatif.
4.
4. Syarat
radioaktivitas: tidak ada zat radiasi berbahaya dalam air.
B.
Tinjauan
Umum Tentang Danau
Danau
merupakan cekungan yang terjadi karena peristiwa alami atau sengaja dibuat
manusia untuk menampung dan menyimpan air yang berasal dari air hujan, mata air
dan air sungai (Utoyo, 2006). Menurut Departemen Permukiman dan Prasaraana
Wilayah Direktorat Jendral Penataan Ruang, danau adalah wadah genangan air di atas permukaan
tanah yang berbentuk secara alamiah dan atau air permukaan sebagai siklus
hidrologi, dan merupakan salah satu bagian yang berperan potensial dalam
kawasan lindung.
Pada
dasarnya danau memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi ekologi dan
sosial-ekonomi-budaya. Fungsi ekologi danau adalah pengatur tata air,
pengendali banjir, unsur hara dan bahan pencemar. Fungsi sosial-ekonomi-budaya
danau adalah memenuhi keperluan hidup manusia, antara lain untuk air minum dan
kebutuhan sehari-hari, sarana transportasi, keperluan pertanian, tempat sumber
protein, industri, pembangkit tenaga listrik, estetika, rekreasi, dan industri
pariwisata.
Selain
itu, danau juga berfungsi untuk mengatur sistem hidrologi yaitu dengan
menyeimbangkan aliran air antara hulu dan hilir sungai, serta memasok air ke
kantung–kantung air lain seperti akuifer (air tanah), sungai dan persawahan.
Dengan demikian danau dapat mengendalikan dan meredam banjir pada musim hujan,
serta menyimpannya sebagai cadangan pada musim kemarau (KLH, 2011).
Umumnya
perairan danau selalu menerima masukan air dari daerah tangkapan air di sekitar
danau, sehingga perairan danau cenderung menerima bahan–bahan terlarut yang
terangkut bersamaan dengan air yang masuk. Oleh karena itu konsentrasi zat–zat
yang terdapat di danau merupakan resultan dari zat-zat yang berasal dari aliran
air yang masuk.
Terdapat
berbagai ancaman penyebab kerusakan ekosistem danau baik secara alami maupun
akibat aktivitas manusia. Penyebab kerusakan secara alami, misalnya banjir,
gempa bumi, dan vulkanik. Sedangkan ancaman kerusakan yang disebabkan aktivitas
manusia, misalnya sedimentasi, pencemaran (limbah rumah tangga, limbah
pertanian, dan limbah industri), pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan,
memasukkan spesies eksotik, konversi lahan, perubahan sistem hidrologi, serta
pembangunan pemukiman (Utoyo,
2006).
Sumber
pencemaran yang masuk ke badan perairan, dibedakan atas pencemaran yang
disebabkan oleh alam dan pencemaran karena kegiatan manusia. Sumber bahan
pencemar yang masuk ke perairan dapat berasal dari buangan yang
diklasifikasikan sebagai: (1) point source discharges (sumber titik) dan
(2) non point source (sumber menyebar). Sumber titik atau sumber
pencemaran yang dapat diketahui secara pasti dapat merupakan suatu lokasi
tertentu seperti dari air buangan industry maupun domestik serta saluran
drainase.
Pencemar
bersifat lokal dan efek yang diakibatkan dapat ditentukan berdasarkan
karakteristik spasial kualitas air. Sedangkan sumber pencemar yang berasal dari
sumber menyebar berasal dari sumber yang tidak diketahui secara pasti. Pencemar
masuk ke perairan melalui run off (limpasan) dari permukaan tanah
wilayah pertanian yang mengandung pestisida dan pupuk, atau limpasan dari daerah
permukiman dan perkotaan (KLH, 2011).
Bahan
pencemar yang terdapat dalam air limbah dapat berupa bahan terapung, padatan
tersuspensi atau padatan terlarut. Selain itu, air limbah juga dapat mengandung
mikroorganisme seperti virus, bakteri dan protozoa. Komposisi air limbah
domestik sangat bervariasi tergantung pada tempat, sumber dan waktu (Suyono
& Budiman, 2011)
Peraturan
Pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air menyatakan bahwa, pencemaran air adalah masuknya atau
dimasukkannya mahkluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air oleh
kegiatan manusia, sehingga kualitas perairan turun sampai pada tingkat tertentu
yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Peraturan ini menyatakan bahwa pencemaran harus ditanggulangi dan
penanggulangannya adalah merupakan kewajiban semua pihak.
Sesuai
dengan UU. No. 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air, yang terdiri 3 komponen utama yaitu konservasi, pemanfaatan
dan pengendalian daya rusak air. Waduk embung, situ dan danau yang merupakan
sumber daya air telah banyak banyak mengalami penurunan fungsi dan kerusakan
ekosistem. Hal ini disebabkan oleh
karena pengelolaan waduk/danau yang banyak mengalami kendala.
Sumber
air danau dapat berasal dari berbagai sumber. Adapun sumber-sumber air danau
terdiri dari (KLH, 2011):
a. Air
sungai yang mengalir ke dalam basin dan sebagai inflow.
b. Air
yang berasal dari hasil pencaraian salju dan es
c. Air
hujan yang tertangkap langsung oleh basin danau tersebut.
d. Air
dari aliran permukaan (over land flow)
yang berasal dari air hujan yang berasal dari air hujan yang jatuh
e. Air
yang berasal dari dalam tanah (air tanah) yang permukaannya lebih tinggi dari pada
permukaan air danau sehingga mengalir ke dalam danau
f.
Air yang berasal dari mata air atau
spring yang masuk ke danau tersebut.
Volume air danau selalu mengikuti perubahan musim.
Pada danau alam, ketinggian permukaan air maksimum di capai pada musim penghujan.
Sebaliknya, ketinggian air minimum di capai pada musim kemarau. Berbeda dengan
danau buatan manusia yang memiliki pintu air sehingga ketinggian permukaan air
dapat diatur sedemikian rupa seperti kepentingannya.
C.
Tinjauan
Umum Tentang Bakteri Coliform
Bakteri Coliform
merupakan jenis bakteri yang berasal dari saluran pencernaan manusia (terdapat
pada tinja) dan paling tinggi tingkat ketahanan hidupnya dibandingkan jenis
bakteri lainnya. Apabila bakteri Coliform
ditemukan dalam jumlah besar pada air, menandakan bahwa air tersebut mengalami
pencemaran. Bakteri Coliform
berbentuk batang, ada yang bersifat aerob maupun anaerob, tidak membentuk
spora, bersifat gram negatif, dan mampu meragikan lactose dengan membentuk gas dalam waktu 2 x 24 jam pada suhu 35 oC
(Ane, 2013).
Contoh bakteri Coliform
adalah E. coli dan Klebsiella aerogeus. Keberadaan E. coli pada sumber air mengindikasikan
bahwa pasti terjadi kontaminasi oleh tinja manusia dan berarti bahwa air
tersebut tercemar. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), syarat E. coli pada air minum adalah 0 (nol)
koloni per 100 ml. Semakin tinggi tingkat kontaminasi E. coli semakin tinggi pula resiko kehadiran bakteri patogen
lainnya yang biasa hidup dalam kotoran manusia yang dapat menyebabkan diare
(Suprihatin, 2004 dalam Boekoesoe, 2010).
E.
coli mempunyai bentuk batang pendek, gram negatif,
tidak berspora, ukuran 0,4 – 0,7 mikron, sebagian besar gerak positif dengan flagel peritrich dan mempunyai kapsul. E. coli merupakan flora normal saluran
pencernaan dan merupakan salah satu kuman yang menghasilkan indol positif dan
tergolong kuman yang cepat meragi laktosa.
E.
coli memiliki beberapa antigen, yaitu (1) antigen
O (somatic) yang bersifat tahan panas atau termostabil, dan terdiri dari
lipopolisakarida yang mengandung glukosamin dan terdapat pada dinding sel
bakteri gram negative; (2) antigen H (flagel) yang bersifat tdak tahan panas
atau termolabil dan akan rusak pada suhu 100°C; (3) antigen K (kapsul). Antigen
ini terdapat pada permukaan luar bakteri, terdiri dari polosakarida dan bersifat
tidak tahan panas (Purbowarsito, 2011).
Ada beberapa alasan mengapa bakteri Coliform dipilih sebagai indikator terjadinya kontaminasi tinja
manusia dibandingkan bakteri patogen lainnya di saluran pencernaan manusia
antara lain (Chandra, 2007):
1. Jumlah bakteri Coliform
cukup banyak dalam usus manusia. Sekitar 200-400 miliar bakteri ini dikeluarkan
melalui tinja setiap harinya. Karena jarang ditemukan pada air, keberadaan
bakteri patogen ini menunjukkan bahwa adanya kontaminasi tinja manusia.
2. Bakteri Coliform lebih
mudah dideteksi dibandingkan bakteri patogen lainnya.
3. Bakteri Coliform lebih
tahan hidup pada kondisi yang tidak menguntungkan dibandingkan bakteri patogen
lainnya.
4. Bakteri Coliform
resisten terhadap purifikasi air secara alamiah. Karena itu, jika bakteri Coliform ditemukan pada sampel air,
dapat disimpulkan bahwa bakteri patogen lainnya yang terdapat dalam usus
manusia juga ditemukan pada sampel air tersebut, meskipun dalam jumlah sedikit.
Berdasarkan ketetapan Permenkes No.
416/MENKES/PER/IX/1990 bahwa total Coliform yang diperbolehkan pada air bukan perpipaan dalah
maksimum 50 MPN/100 ml, sedangkan pada air perpipaan adalah maksimum 10 MPN/100
ml.
Penyakit
– penyakit yang ditimbulkan oleh kuman E. coli
adalah infeksi saluran kemih mulai dari sistitis sampai pielofritis,
infeksi ini dapat terjadi akibat sumbatan saluran kemih karena adanya
pembesaran prostat, baru dan kehamilan. Infeksi piogenik seperti infeksi luka,
peritoritis, kolesistis dan meningitis, epidemic diarchea pada bayi dan
neonates (Hastomo, 2010).
D.
Tinjauan
Umum Tentang Medium Pertumbuhan
Medium
pertumbuhan mikroorganisme merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran
zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi dalam medium untuk menyusun komponen sel
dirinya. Dalam pembuatan medium
pertumbuhan perlu dilakukan sterilisasi dan menerapkan aseptis untuk
menghindari kontaminasi pada medium. Dua jenis medium dapat dibedakan
berdasarkan komponen dasar yang pembentuknya, yaitu (Bapelkes Cikarang, 2012):
1.
Medium kompleks
Medium ini terbuat dari bahan alami yang
komposisinya tidak diketahui secara pasti. Komposisi medium ini terdiri atas
hasil penguraian (ekstrak) berbagai jenis jaringan tumbuhan /daging /ragi yang
kaya akan polipeptida, asam amino, vitamin dan mineral.
2. Medium
yang tersusun dari bahan kimia tertentu
Medium
ini dibuat dari beberapa jenis bahan kimia dengan konsentrasi tertentu. Bahan
kimia yang digunakan berasal dari:
a.
Sumber C : glukosa, dekstrosa, dan
sukrosa
b.
Sumber N : NH4NO3, NH4Cl,
dan urea
c.
Sumber P : KH2PO4
d.
Sumber vitamin
e.
Sumber mineral : Fe, Mn, dan S
Adapun media pertumbuhan pada pemeriksaan
bakteriologis air adalah sebagai berikut:
1.
Media Laktosa
Laktosa adalah karbohidrat yang
hanya terdapat dalam susu. Laktosa dibutuhkan oleh beberapa spesies bakteri.
Beberapa bakteri ada yang mampu memfermentasi laktosa dan beberapa laktosa. Fermentasi laktosa menghasilkan asam
(Nuryanto, 2011).
2.
Media Brilliant Green Lactose Broth (BGLB)
Media BGLB merupakan media yang akan
berwarna hijau metalik jika terdapat reaksi fermen dengan media. Warna ini
berasal dari adanya koloni Coliform
yang bereaksi dengan BGLB. merupakan
bakteri fermentasi, seringkali menghasilkan warna hijau metalik mengkilap. Bakteri
yang menfermentasi dengan lambat akan menghasilkan koloni berwarna merah muda.
Larutan BGLB terbuat dari (Purbowarsito,
2011):
a. Peptone
10 g
b. Laktosa 10 g
c. Oxgall 20 g
d. Brilliant
green 0,0133 g
e. Aquades 1 liter
E.
Tinjauan
Umum Tentang Most Probable Numbers
(MPN)
Most Probable Numbers (MPN) adalah suatu metode enumerasi
mikroorganisme yang menggunakan data dari hasil pertumbuhan mikroorganisme pada
medium cair spesifik dalam seri tabung yang ditanam dari sampel padat atau cair
yang ditanam berdasarkan jumlah sampel atau diencerkan menurut tingkat seri
tabungnya sehingga dihasilkan kisaran jumlah mikroorganisme yang diuji dalam
nilai MPN/satuan volume atau massa sampel. Misalnya dengan larutan yang berisi
1.000 sel/ml, diencerkan 10 kali menjadi larutan yang berisi 100 sel/ml. Lalu
diencerkan lagi 10 kali, sehingga jumlah sel adalah 10 sel/ml, dan diencerkan
10 kali lagi, sehingga hanya terdapat 1 sel/ml, dan diencerkan lagi 10 kali
tinggal 0,1 sel/ml (Hastomo, 2010).
Pengujian air untuk pemeriksaan bakteriologis air
dilakukan dalam beberapa tingkatan antara lain sebagai berikut (Ane, 2013):
1.
Uji Perkiraan (Presumptive Test)
Uji perkiraan merupakan uji pendahuluan untuk
mengetahui apakah sampel air mengandung bakteri. Jika terbentuk gelembung pada tabung peragian
(tabung media laktose) setelah inkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 35 oC,
terdapat indikasi bahwa sampel air mengandung bakteri jenis Coliform. Untuk lebih memastikan bahwa
yang terdapat pada sampel air adalah bakteri Coliform, perlu dilakukan uji penegasan ke dalam media Brilliant Green Lactose Broth (BGLB).
Jika dalam media tersebut terbentuk gas, sampel air benar-benar positif
mengandung bakteri Coliform.
2.
Uji Penegasan (Confirmed Test)
Uji penegasan merupakan uji lanjutan dari uji
perkiraan pada tabung media laktosa yang positif mengandung gelembung. Pada uji
penegasan, digunakan media Brilliant
Green Lactose Broth (BGLB). Jika dalam media tersebut terbentuk gas setelah
inkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 35 oC, sampel air benar-benar
positif mengandung bakteri Coliform. Untuk mendapatkan kemantapan hasil analisis, perlu
dilanjutkan ke uji pelengkap.
3.
Uji Pelengkap (Completed Test)
Uji pelengkap merupakan uji terakhir
yang dijadikan indikator untuk membuktikan adanya kontaminasi tinja manusia pada
sampel air. Pada uji ini, dilakukan analisis bakteri Coliform tinja (bakteri fecal)
melalui perhitungan Most Probable Number
(MPN). MPN ditentukan dengan mencocokkan tabel Hoskin J.K dan hasilnya
dinyatakan dalam MPN Coliform/100 ml air
(Sartika, 2005).
Output
metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk koloni
(colony forming unit) dalam sampel.
Namun, pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu
bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Jadi misalnya
terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air, artinya dalam sampel air
tersebut diperkirakan setidaknya mengandung 10 Coliform pada setiap gramnya.
Makin kecil nilai MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin
layak minum. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada
setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi
(Hastomo, 2010).
BAB
III
METODE PERCOBAAN
A.
Alat
dan Bahan
1.
Alat
a.
Botol sampel 1
buah
b.
Tabung reaksi 9
buah
c.
Pembakar Bunsen 1
buah
d.
Tabung Durham 9 buah
e.
Pipet 1
buah
f.
Rak tabung 1
buah
g.
Ose (wire
loop) 1
buah
h.
Bulp 1
buah
i.
Inkubator 1
unit
j.
Korek api 1
buah
2.
Bahan
a. Air
sampel 200
ml
b. Tissue secukupnya
c. Kaldu
laktosa pekat 6
ml/tabung
d. Kaldu
laktosa encer 10
ml/tabung
e. Larutan
Brilliant Green Lactose Bile Broth
(BGLB) 6 ml/tabung
f. Alkohol secukupnya
g. Kapas secukupnya
h. Kertas
label secukupnya
B.
Waktu
dan Tempat Pengembilan Sampel
1. Waktu : Rabu, 6 Maret pukul 10.30 WITA.
2. Tempat : Danau Universitas Hasanuddin Kota
Makassar.
3.
Prosedur
Kerja
1. Pengambilan
Sampel
a. Tali
dan kertas penutup botol sampel dilepas dari botol sampel.
b. Botol
sampel yang sebelumnya telah distrerilkan dengan memberi alkohol di sekitar
mulut botol, dibuka.
c. Botol sampel dimasukkan ke dalam air danau sampai
kedalaman 20 cm dengan mulut botol menghadap
ke atas. Arah mulut botol berlawanan dengar arah arus air. Jarak dari pinggir
danau adalah sejauh 3 meter.
d. Botol sampel yang telah diisi ditutup kembali, kemudian
dibungkus dengan kertas penutup lalu diikat kembali.
2. Uji
Perkiraan
a. Tangan
dan meja tempat kerja disterilkan dengan
menggunakan alkohol.
b. Penutup
botol sampel dibuka dan mulut botol sampel diplumbir.
c. Disiapkan
9 tabung media laktosa yang berisi tabung durham, dengan perbandingan 3:10 ml, 3:1 ml, dan 3:0,1 ml.
d. Pipet
ukur dan mulut tabung media laktosa diplumbir setiap memindahkan sampel air.
e. Dengan
menggunakan pipet ukur, sampel air dipindahkan ke dalam tabung media laktosa sesuai
dengan kadar perbandingan.
f. Masing-masing
tabung dihomogenkan agar sampel air dan kaldu laktosa bercampur rata,
diusahakan sampel air jangan sampai menyentuh kapas penyumbat.
g. Masing-masing
tabung diletakkan pada rak tabung dan kemudian dimasukkan ke dalam inkubator
dengan temperatur 35 oC selama 2 x 24 jam.
h. Setelah
2 x 24 jam, tabung dikeluarkan dari inkubator dan diamati, tabung durham yang
memiliki gelembung dinyatakan positif dan dilanjutkan dengan uji penegasan.
3. Uji
Penegasan
a. Tangan dan tempat kerja disterilkan dengan menggunakan
alkohol.
b. Sampel dikeluarkan dari inkubator.
c. Setiap sampel di dalam tabung durham diamati, tabung yang
tidak mengandung gelembung gas dipisahkan, sedangkan tabung yang mengandung
gelembung gas diambil untuk uji penegasan.
d. Disiapkan tabung yang berisi Brilliant
Green Lactose Bile Broth (BGLB).
e. Pembakar bunsen dinyalakan.
f. Disiapkan ose.
g. Sebelum digunakan, terlebih dahulu ose diplumbir. Jika ose
terlalu panas maka didinginkan sebelum dicelupkan kedalam tabung. Tujuannya
agar bakteri yang ada pada sampel tidak mati karena panas. Kemudian ose dicelupkan
kedalam sampel sebanyak 2 kali, lalu dicelupkan lagi ke tabung yang berisi
BGLB. Sebelum ose dicelupkan maka tabung BGLB diplumbir terlebih dahulu.
Begitupun sesudah dicelupkan, mulut tabung diplumbir kembali dan ditutup dengan
kapas. Selama memindahkan sampel, ose dan tabung BGLB tidak boleh jauh dari
pembakar bunsen.
h. Tabung yang berisi BGLB kemudian dihomogenkan.
i.
Setelah
semua tabung BGLB berisi sampel yang positif mengandung Coliform, selanjutnya diletakkan pada rak tabung dan dimasukkan ke
dalam inkubator dengan suhu 35oC
selama 2 x 24 jam.
j.
Setelah 2 x 24 jam, tabung dikeluarkan
dari inkubator dan diamati, tabung durham yang memiliki gelembung dinyatakan
positif dan dilanjutkan dengan perhitungan jumlah bakteri.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan di
Laboratorium Terpadu FKM Universitas Hasanuddin, maka diperoleh hasil pemeriksaan
bakteriologis pada air danau Universitas Hasanuddin sebagai berikut :
Tabel 1
Hasil Pemeriksaan Bakteriologis
pada Air Danau Universitas Hasanuddin Kota Makassar
Nama
Tabung
|
Uji
perkiraan
|
Uji
penegasan
|
Tabung
10 ml :
I
II
III
|
+
+
+
|
+
+
+
|
Tabung
1 ml :
I
II
III
|
-
-
-
|
-
-
-
|
Tabung
0,1 ml :
I
II
III
|
-
+
+
|
-
+
+
|
Sumber : Data Primer, 2013
Ket : + (positif
mengandung bakteri golongon coli)
- (negatif mengandung bakteri golongon
coli)
B.
Pembahasan
1.
Uji
Perkiraan
Pada uji perkiraan
ini diperoleh bahwa ada 5 tabung yang mengalami perubahan media (memiliki
gelembung). Gelembung gas yang terbentuk merupakan hasil dari peragian laktosa
yang dilakukan oleh bakteri. Hal ini menunjukkan bahwa kelima tabung tersebut
positif mengandung bakteri Coliform.
Sampel pada percobaan
ini adalah air danau Universitas Hasanuddin. Diketahui bahwa danau merupakan
salah sumber air yang memiliki tingkat pencemaran yang tinggi. Dari hasil
pemeriksaan di dapatkan bahwa air danau Universitas Hasanuddin mengandung
bakteri Coliform. Keberadaan bakteri Coliform pada air danau Universitas
Hasanuddin menandakan bahwa air danau tersebut telah mengalami pencemaran
secara biologis. Hal ini didukung oleh letak danau yang dekat dengan kegiatan
pertanian (pemupukan), rumah sakit, saluran pembuangan dari perkantoran dan
gedung lainnya serta dekat dengan pemukiman padat penduduk.
2.
Uji
Penegasan
Setelah memastikan
bahwa pada 5 tabung sampel air danau Universitas Hasanuddin mengandung bakteri Coliform maka dilakukan lagi uji
penegasan untuk membuktikan ada tidaknya bakteri fecal coli yang terkandung di dalam air danau tersebut. Berdasarkan
hasil pemeriksaan didapatkan bahwa kelima-limanya terdapat gelembung pada
tabung durham, sehingga dapat dinyatakan bahwa air danau unhas positif
mengandung bakteri fecal coli.
Keberadaan bakteri fecal coli merupakan indikator adanya
pencemaran bakteri patogen. Hal ini sangat erat kaitannya dengan letak danau
yang berada di sekitar pemukiman padat penduduk serta saluran pembuangan limbah
dari rumah sakit maupun dari perkantoran.
Tercemarnya air
danau Universitas Hasanuddin juga ditandai dengan banyaknya tanaman eceng
gondong di sekitar danau sebagai bentuk bahwa danau tersebut memiliki air yang
tidak jernih (keruh) dengan unsur hara yang tinggi akibat tingginya tingkat
pencemaran limbah cair ataupun padat.
Air
danau tidak memiliki aliran atau diam dan tersimpan dalam waktu yang cukup
lama, sehingga mengandung sisa-sisa pembusukan dialam seperti pembusukan
akar-akar, rumput-rumput serta mengandung alga, fungi dan jasad-jasad renik
lainnya. Hal tersebut menandakan bahwa tingginya aktivitas dekomposisi bahan
organik yang dilakukan oleh bakteri pada danau.
3. Perhitungan Jumlah Bakteri
Hasil dari perhitungan jumlah bakteri dengan melihat tabel MPN / JPT
adalah adalah 64 MPN/100 ml maka terdapat nilai MPN 64/gram dalam setiap sampel
air. Artinya bahwa dalam sampel air tersebut diperkirakan setidaknya mengandung
64 Coliform pada setiap gramnya.
Makin kecil nilai MPN, maka kualitas air tersebut makin tinggi. Berdasarkan
Permenkes
No. 416/MENKES/PER/IX/1990 bahwa total Coliform yang diperbolehkan pada air bukan perpipaan adalah
maksimum 50 MPN/100 ml. Hal ini menunjukkan bahwa total Coliform yang terkandung pada air
danau Universitas Hasanuddin melampaui
ambang batas, sehingga tidak layak digunakan sesuai peruntukannya.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis pada air
danau Universitas Hasanuddin, diketahui bahwa:
1. Air
danau Universitas hasanuddin positif mengandung bakteri Coliform dan setelah dilakukan uji penegasan didapatkan hasil bahwa
pada air danau Universitas Hasanuddin mengandung bakteri fecal coli.
2.
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah bakteri maka
didapatkan total Coliform yang
terkandung pada air danau Universitas Hasanuddin adalah 64 MPN/100 ml.
B.
Saran
1.
Dalam
melakukan percobaan, untuk mendapatkan hasil yang akurat maka dibutuhkan
ketelitian dan penguasaan materi oleh praktikan.
2.
Kepada mahasiswa, disarankan untuk
melakukan penelitian lebih lanjut terkait pemeriksaan bakteriologis pada air,
khususnya pada air danau yang sebagian masyarakat masih mengkonsumsi ikan yang
berasal dari danau.
3.
Kepada tim pengajar, sebelum praktikum
dimulai, disarankan untuk memberikan pengantar atau dasar teori tentang yang
akan dipraktikkan.
4.
Kepada
masyarakat, diharapkan tidak membuang limbah rumah tangga ke danau agar tidak
mencemari danau yang sebagian besar masih ikan di danau Universitas Hasanuddin
dikonsumsi oleh masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar